BLOG DALAM KEADAAN SEDANG DI REPARASI||MOHON MA`AF APABILA MASIH BANYAK KEKURANGAN||TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG

Izinkan Aku Memantaskan Diri

Izinkan Aku Memantaskan Diri -

Setiap hari, aku diberi satu tugas oleh Yang Mengawasi Kita dari Atas Sana: mensyukuri bahwa dirimu ada.

Memang tak tiap waktu kita bisa bertatap muka, namun kau tetap meyakinkanku bahkan di saat kita tak sedangbersama. Rasa sayangmu tenang, tanpa ekspektasi berlebihan atau pertengkaran karena hal kekanakan. Aku memang takmerasakan “kekacauan” seperti saat pertama kali jatuh cinta, namun denganmu hubungan dibawa ke tingkat yang lebih dewasa.

Bersamamu, cinta jelas ada ujungnya. Aku tahu kemana harus melangkah, takperlu takut hilang arah.

Tapi tunggu. Tak perlu terburu-buru menarik tanganku menuju pelaminan yang satu itu.

Lagipula, aku masih harus berbenah dan memperbaiki diri. Tak semudah itu menjadi seorang suami. Saat aku sudah lebih baik dari ini, kau boleh meminta tanganku dan membawanya kemanapun kau mau. Aku berjanji.

Toh kamu sudah taukan seberapa besar usahaku ?

Lagi pula masih banyak "hutang" yang harus dilunasi sendiri-sendiri.

Aku masih ingat kamu begitu semangat menceritakan cita-citamu untuk menjadi seorang programer dan menjadi "mami IT" dan tak cuma itu kamu juga harus menjadi madrasah, sekolah, koki, perawat dan lain-lain yang harus kita pelajari secara terpisah.

Lagian "hutang"ku juga masih banyak, aku harus menjadi Imam, teknisi listrik, teknisi kran mungkin, atau sekedar naik tangga untuk memeriksa genteng dan masih banyak lagi.

Apalagi untuk petualangan-petualanganku yang kadang mengasingkan diri. Atau sekedar males untuk disibukkan dengan menjawab keluh kesah mu tentang dunia kerjamu, atau malah aku sering "memalskuan" keberadaan ku disisuatu tempat agar terhindar dari pertanyaan mendetail bak polisi yang sedang mengintrogasi tawanan.

Iya, hubungan LDR kita memang membuat sumber informasi keadaanku hanyalah dari diriku saja. Tapi maaf, aku juga butuh privasi yang kadang tak pernah aku sampaikan ke kamu.


Akhh... Terlebih masalah finansial yang aku takut-takutkan, aku tak ingin kita hanya manis diawal lalu kebingungan untuk sekedar makan nasi goreng karena tak ada uang untuk beli kecap atau apalah bumbu-bumbu masak itu.

Itu bukan hal yang lucu atau romantis.

Aku tahu: hidup jelas lebih baik dilalui denganmu. Namun tak ada yang baik dari tingkah laku terburu-buru.

Usaha yang akan kita bangun juga prospek yang sangat bagus, aku yang penuh perhitungan untuk menjalankan usaha malah menghambat untuk jalanya usaha itu sendiri.
Bukannya aku tak mau, tapi semua itu butuh perhitungan yang matang.

Sama dengan hubungan kita ini, butuh perhitungan yang matang untuk menjalankannya, bukan hanyak janji cinta sehidup semati saja. Aku jadi inget lagu-lagu band yang mencoba mendefinisikan arti kata cinta, ada yang mengatakan cinta itu buta, cinta itu anugrah terindah, entah apalah aku juga tak terlalu ingat soal lagu-lagu itu.

Tapi aku sadar, kita butuh waktu untuk berfikir, menganalisa, memperhitungkan itu semua. Jangan sampai karena cinta membunuh rasionalisme otak kita untuk berfikir dan timbulah kata-kata cinta ini membunuh ku. Denasip !

Mungkin terselip pertanyaan, mungkin aku ini meragukan mu ?

Maka aku jawab dengan lembut tenanglah, aku tak sedang meragukanmu. Bersanding di sisimu justru sedang kusiapkan dengan tuntasnya kelayakan diriku.

Kuharap kau memahami, keputusanku untuk tak terburu-buru tidaklah diambil karena aku meragukanmu. Justru sebaliknya, aku mengagumi sosokmu. Tak akan kubiarkan kau malu atau kesusahan karena memiliki pasangan hidup sepertiku.

Beri aku waktu. Melunasi mimpi-mimpiku sendirian, memperbaiki segala kekurangan. Demi kehidupan bersama yang tak hanya manis di awal, demi sisa hidup yang tak akan pernah kita lupakan.

Saat bersama kita akan segera tiba. Maukah kamu bersabar, sebentar lagi saja?




Artikel Terkait:

0 komentar: