BLOG DALAM KEADAAN SEDANG DI REPARASI||MOHON MA`AF APABILA MASIH BANYAK KEKURANGAN||TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN -

PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPIDENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO

I.                   Pendahuluan

Untuk mengatasi kurangnya konsumsi proteinhewani dan rendahnya penghasilan masyarakatIndonesia, usaha yang telah dilakukan adalahmeningkatkan produksi peternakan. Salah satuusaha kearah tersebut adalah penerapanteknologi modern dalam reproduksi. Teknologiyang dimaksud adalah Inseminasi Buatan (IB)dan Transfer Embrio (TE) (Toilihere, 1987).Transfer Embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor hewan betinayang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami implantasikepada seekor betina yang bertindak sebagai penerima sehingga resepien tersebut menjadibunting (Hartantyo, 1987).

Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara lain adalahmasih rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karenasebagian besar peternakan di Indonesia masih merupakan peternakan konvensional,dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah.Penerapan teknologi Transfer Embrio (TE) atau alih janin merupakan alternatif untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik sapi secara cepat. Teknologi TE pada sapimerupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah Inseminasi Buatan (IB). Padaprinsipnya teknik TE adalah rekayasa fungsi alat reproduksi sapi betina unggul denganhormon superovulasi sehingga diperoleh ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Sel telurhasil superovulasi ini akan dibuahi oleh spermatozoa unggul melalui teknik IB sehinggaterbentuk embrio yang unggul. Embrio yang diperoleh dari ternak sapi donor, dikoleksidan dievaluasi, kemudian ditransfer ke induk sapi resipien sampai terjadi kelahiran.

II.                Manfaat dan Keunggulan Teknologi Transfer Embrio

Teknologi IB telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1953 untuk meningkatkanpopulasi ternak sapi. Dalam usaha mempercepat peningkatan populasi dan mutu genetik sapi, maka perlu dicari metode lain yang lebih baik dan lebih cepat untuk mendukung

 
Tujuan penerapan teknologi IB. TE merupakan teknologi alternatif yang sedang dikembangkan dalam usaha meningkatkan mutu genetik dan populasi ternak sapi diIndonesia.

1.Adapun Manfaat Teknologi Transfer Embrio

a)      Meningkatkan mutu genetik ternak
b)      Mempercepat peningkatan populasi ternak.
c)      Berpotensi mencegah berjangkitnya penyakit hewan menular yang ditularkanlewat saluran kelamin.
d)     Mempercepat pengenalan material genetik baru lewat ekspor embrio beku.

2. Keunggulan Teknologi Transfer Embrio Dibandingkan Inseminasi Buatan

a)      Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal dari pejantan unggul sedangkandengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan dan induk yangunggul.
b)      Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh derajat kemurnian genetik yang tinggi(Purebred) dengan TE jauh lebih cepat dibandingkan IB dan kawin alam.
c)      Dengan teknik TE, seekor betina unggul mampu menghasilkan lebih dari 20-30ekor pedet unggul per-tahun sedangkan dengan IB hanya dapat menghasilkan satupedet per-tahun.d.

Melalui teknik TE dimungkinkan terjadinya kebuntingan kembar dengan jalanmentransfer setiap tanduk uterus (Cornua Uteri) dengan satu embrio.Pada tahun 1996 BPPT bekerja sama dengan Pemerintah Perancis melaksanakanpembuatan prastudi kelayakan untuk mendirikan Pusat Pengkajian dan PenerapanBioteknologi Peternakan (P3BP). P3BP diharapkan akan menjadi wadah penelitian danpengembangan teknologi TE serta menjadi pusat pelatihan pelaksana kegiatan TE.Sebagai langkah pertama, BPPT telah melaksanakan transfer embrio beku sapi perah jenis Fries Hollstein (FH) dan sapi daging jenis Limousin dari Perancis. Kegiatan inidilaksanakan di peternakan rakyat daerah Bogor dan Balai Pembibitan Ternak HijauanMakanan Ternak (BPT-HMT) Batur Raden Purwokerto. Tujuh ekor sapi yang lahir dariprogram ini diharapkan akan menjadi sapi donor pada program TE mendatang.

 
III.             Prosedur Pelaksanaan

Keberhasilan program TE dipengaruhi oleh kondisi sapi donor, sapi resipien, kualitasembrio yang dihasilkan dan pelaksanaan TE dari donor ke resipien.

1.      Seleksi Sapi Donor dan Sapi Resipien.

Sapi yang digunakan sebagai ternak donor harus mempunyai kriteria: memilikigenetik unggul, memiliki kemampuan reproduksi dan keturunannya memiliki nilaipasar sedangkan sapi yang digunakan untuk resipien sebaiknya mempunyai umuryang masih muda terutama sapi dara (belum pernah bunting). Sapi resipien tidak harusmempunyai mutu genetik yang baik dan berasal dari bangsa yang sama tetapi harusmempunyai organ dan siklus reproduksi normal, tidak pernah mengalami kesulitanmelahirkan
(Distokia), sehat serta bebas dari infeksi saluran kelamin.

2.      Super Ovulasi

Sapi merupakan ternak uniparous, dimana sel telur yang terovulasi setiap siklus birahibiasanya hanya satu buah. Dalam program TE untuk merangsang terjadinya ovulasiganda maka diberikan hormon superovulasi sehingga diperoleh ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Hormon yang banyak digunakan untuk rekayasa superovulasi adalahhormon gonadotropin seperti Pregnant Mare’s Serum Gonadotripin (PMSG)dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). Penyuntikan hormon gonadotropin akanmeningkatkan perkembangan folikel pada ovarium dan pematangan folikel sehinggadiperoleh ovulasi sel telur yang lebih banyak. Hormon FSH mempunyai waktu paruhhidup dalam induk sapi antara 2-5 jam. Pemberian FSH dilakukan sehari dua kaliyaitu pada pagi dan sore hari selama 4 hari dengan dosis 28-50 mg (tergantung beratbadan). Perlakuan superovulasi dilakukan pada hari ke 9 sampai hari ke 14 setelahbirahi.




3.      Penyerentakan Birahi
Penyerentakan birahi atau sinkronisasi estrus adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrusumumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a ) atau kombinasi hormonprogesteron dengan PGF2a. Prosedur yang digunakan adalah:a.

Ternak yang diketahui mempunyai corpus luteum (CL), dilakukan penyuntikanPGF2a satu kali. Birahi biasanya timbul 48 sampai 96 jam setelah penyuntikan.




Artikel Terkait:

0 komentar: