Hari
yang tinggal beberapa hari lagi seorang lelaki akan berangkat pergi.
Dimatanya, Bogor sudah tidak menawan lagi. Ia tidak tahu kapan akan
kembali mengunjunginya lagi karena ia akan kembali lagi kedaerah
lahirnya di Lampung. Entah menjadi apa nantinya kelak setelah Bogor
ketika ia akan kembali. Pohon-pohon yang rindang, jalanan yang macet
mungkin akan menjadi kenangan.
Keceriaan
dan kebahagiaan yang dulu pernah dirasakan, kini berubah menjadi
kesedihan yang amat mendalam. Tidak terasa sudah tiga tahun ia
habiskan hidup dikota hujan. Ia berkata dalam hati, tak mungkin aku
temukan Susana yang sama seperti dulu lagi.
Kabut
yang enggan menghilang itu masih menutup matahari walau waktu sudah
menunjukan 11:00. Sementara itu, butir-butir air hujan mulai
berjatuhan menghujam bumi. Hijau dedaunan yang sudah basah berkilauan
menyentuh butiran hujan. Ranting-ranting pohon juga ikut bergoyang
ditiup angin yang lembut. Orang-orang yang tadinya ada dipinggir
danau atau sekedar duduk dibangku dibawah pohon, kini beranjak pergi
untuk mencari tempa berteduh. Lelaki itu pun juga ikut mencari tempat
berteduh diwarung didalam taman hutan di Kota Bogor itu.
Ia
tinggal di Bogor semenjak sekolah di SMAN 1 DRAMAGA. Ia sering main
sendiri atau dengan teman-teman sekolah untuk melepas penat selama
belajar dikelas ditaman hutan Cifor ini. Disini ia bisa melihat
banyak pepohonan yang menjulang tinggi. Ada pohon pinus, angsana,
bayur, bungga terompet, dan banyak pohon lainya yang tak hafal
namanya. Walau letaknya dipinggir Kota Bogor, taman hutan ini sangat
lah penting bagi paru-paru Kota Bogor. Namun, sangat disayangkan
banyak orang-orang yang merusak keindahan taman ini dengan
coretan-coretan yang tidak penting.
Hujan makin deras,
sudah 1 jam ia menunggu disini tapi tak kunjung terlihat batang
hidungnya.
Hujan kini sudah
mulai reda, namun warung-warung masih sepi tatkala pukul 12:00. Hujan
deras tadi membasahi jalan setapak yang sering dilewati oleh
orang-orang. Hanya sedikit pengunjung yang datang ke taman hutan
Cifor ini, padahal ini adalah hari minggu miungkin karena hari ini
hujan maka banyak orang yang enggan datang kesini sama halnya dengan
orang yang ditunggu oleh lelaki tadi.
Akhirnya ia kembali
duduk dibangku dibawah pohon pinus yang rindang. Namun angin tetap
berhembus lembut membuat dinggin menusuk kulit. Matanya tertuju pada
butiran air diatas daunt alas yang terus bergoyang ditiup hembusan
agin yang dinggin. Ia teringat sorot mata yang pernah menikam
hatinya, sorot mata yang berkilauan seperti butiran air diatas daunt
alas persis seperti yang ia lihat sekarang. Namun ia sampai sekarang
tak pernah tahu, siapa pemilik sorot mata yang berkilauan seperti
bbutiran air diatas daunt alas karena waktu itu ia tak sempat
berkenalan langsung.
Kicau burung mulai
terdengar, cahaya matahari mulai menembus celah-celah dedauna. Kabut
mulai pergi meninggi dan akhirnya hilang tertiup angin. Saat itulah
dari kejauhan ia melihat seorang perempuan yang sudah lama ia tunggu.
Perempuan itu menghampirinya semakin lama, semakin dekat ia dengan
perempuan itu. Dia mengenakan pakain hijau bermotif pohon kaleng
dengan tulisan “Go Green.” Kemudian perempuan itu duduk
disamping lelaki itu.
“Ma`afkan aku
atas keterlambatan ini.” ucap siperempuan dengan nada menyesal.
“Tadi dijalan
hujan cukup deras dan aku enggak bawa paying, jadi aku berteduh
diwarung diluar taman ini.” tambahnya memberikan alasan
“Iya gak papa
kok, udah biasa aku menunggu !.” jawab silelaki sambil menahan ras
dinggin yang merangkul tubuhnya.
“Tapi kenapa kamu
ingin bertemu ditempat seperti ini ?” silelaki bertanya.
“Aku tahu kamu
suka berpetualangan dan hal-hal yang berbau alam, jadi aku mencoba
memberimu alasan agar tidak pergi ke Lampung. Karena di Bogor masih
banyak tempat-tempat yang belum kamu kunjungi dan mungkin itu bisa
membuat kedamaian dihatimu.” jawab si perempuan mencoba untuk
membujuk untuk menahan kepergian lelaki itu.
“Kalau kamu mau
kuliah, di Bogor banyak kampus yang bagus. Kamu bisa masuk ke IPB,
sesuai dengan cita-cita kamu menjadi insinyaur pertanian.” tambah
perempun itu.
“Apa tidak ada
alasan lain agar kamu tetap di Bogor ?” si peerempuan balik
bertanya.
“Aku rasa tidak,
aku akn tetap pergi ke Lampung.” jawabnya mantap.
“Memang masih
banyak tempat yang belum pernah aku kunjungi di Bogor dan banyak
kampus yang bagus, tapi bukan itu yang aku cari.”
Si perempuan yang
datang terlambat tadi mencoba untuk memelas,
“Kali ini kamu
akn meninggalkan aku dalm waktu yang cukup panjang. Dan aku gak tau
kapan kamu akn kembali ke Bogor. Kamu akan kembali kan ?”
Si lelaki terdiam
kemudain tersenyum. Ia melihat mata si perempuan yang seperti butiran
air diatas daunt alas. Tidak pernah membayangkan perpisahan seperti
ini. Namun, ini harus terjadi.
“Aku gak tau akan
kembali atau tidak.”
“Apa kita akan
berjumpa lagi ?”
“Berjumpa lagi ?
Aku tak tau.”
“Tahukah kamu,
bagai mana perasaan ku ?”
Si lelaki hanya
diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menganguk pelan.
Ia tahu kalau ia berkata akan ada butiran air yang terjatuh, bukan
dari lagit. Melainkan dari mata perempuan yang ada disampingnya.
“Aku tak ingin
kamu meninggalkan Bogor, karena aku tak ingin ditiggalkan. Aku ingin
kamu tetap disini. Biar aku bisa melihatmu.”
Si lelaki masih
terdiam meliahat butiran air jatuh dari mata yang bulat berkilauan.
Sesekali ia membandingkan dengan air yang ada diatas daunt alas.
Tiba-tiba si
perempuan berdiri pergi meninggalkan si lelaki itu. Diletakannya
bungkusan kado yang dihias unik berwarna hijau muda, warna
kesukaanku. Perempuan itu lama kelamaan semakin menjauh dari
pandangannya dan kemudian hilang ditelan sepi. Hening menyelimuti
pikiran si lelaki. Dipandangnya bungkusan hijau muda tergeletak
membisu. Terbayang dimatanya sepasang mata yang berkilauan penuh
cinta kini pergi meninggalkannya.
Kembali ia
memandangi butiran air mata diatas daunt alas yang masih tetap
berkilauan. Itu adalah campuran air mata dari si perempuan tadi yang
sempat berada disampinnya.
Semua menjadi
sunyi. Sunyi, hanya suara angin yang mencoba untuk membisikan
kata-kata. Ia sadar mungkin ini terahir kalinya ia datang ketaman
hutan Cifor dan masih menyisakan tempat-tempat yang belum ia kunjungi
selama ia tinggal di Bogor.
Si lelaki tetap
memutuskan untuk kembali kedaerah kelahiranya di Lampung. Mencoba
untuk membuka lembaran baru disana. Semoga lelaki itu bisa mengapai
cita-citanya sebagai insinyur pertanian dan mendapatkan cintanya.
0 komentar:
Posting Komentar