BLOG DALAM KEADAAN SEDANG DI REPARASI||MOHON MA`AF APABILA MASIH BANYAK KEKURANGAN||TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG

BBM NAIK YA WAJAR

BBM NAIK YA WAJAR -

Harga BBM naik? Kenapa protes?Wuih, di media ramai berita tentang BBM subsidi yang langka. Di beberapaSPBU orang banyak mengantre BBM subsidi. Mungkin saya adalah salah satu di antara orang yang mengeluhkan kelangkaan BBM bersubsidi. Semakin ke sini saya semakin sadar, bahwa ketergantungan saya kepada BBM bersubsidi memang tinggi. Introspeksi pada diri sendiri dulu, kenapa saya tidak berpikir kreatif untuk memecahkan masalahnya. Caranya? Selama ini saya atau mungkin anda dimanjakan dengan adanya bantuan dari pemerintah melalui subsidi BBM.Ketika adanya masalah kelangkaan BBM bersubsidi, orang-orang yang berada di pulau Jawa berteriak dan menyalahkan pemerintah yang seolah-olah sengaja menyengsarakanrakyatnya. Yang beginilah, begitulah. Kembali lagi ke diri kita sendiri, sudahkah kita mengatur kehidupan kita sendiri dengan baik? Rasanya belum. Mari kita introspeksi ke diri kita masing-masing. Kita tinggal di daerah yang sangat dimanjakan dengan fasilitas yang luar biasa bila dibandingkan kita tinggal di daerah pedalaman yang jauh dari fasilitas yang memadai. Kita tinggal di daerah yang banyak air, listrik melimpah (meskipun kadang mati listrik dan kitaselalu berteriak). Iya, saya mengalamihal seperti itu. Saya kesal karena listrik mati. Kadang saya mikir lagi, kenapa saya mesti kesal. Nasib baik saya tinggal di sini. Kembali lagi ke masalah BBM. Pernahkah kita menghitung berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk membeli BBM kendaraan kita? Saya coba menghitung dari sisi saya pribadi yang bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta. Taruhlah dalam sehari, saya mesti menghabiskan ¾ liter premium untuk perjalanan pulang pergi ke tempat kerja. Maklumlah karena motor saya dengan kapasitas 225 cc jadi minumnya agak banyakan dikit. Perhitungannya;1 liter (dibulatkan) x Rp 6.500,- x 30 hari = Rp 195.000,-Bandingkan dengan harga BBM non subsidi1 liter (dibulatkan) x Rp 12.000,- (saya ambil harga paling tinggi) x 30 hari = Rp 360.000,-Selisih dari harga BBM ini adalah Rp 360.000,- – Rp 195.000,- = Rp 165.000,-Hitungan sederhananya hanya selisih Rp 165.000,- dari total tiap bulan hanya untuk berangkat dan pulang kerja saja. Dari selisih itu memang untuk ukuran saya memang sedikit tapi banyak kalau sedang tidak punya uang. Bukankah begitu?Lalu, bagaimana menyiasati kekurangan yang Rp 165.000,- itu? Silakan kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Contohnya:1. Apakah anda atau pasangan anda perokok? Berapa bungkus rokok yang anda habiskan tiap minggu? Taruhlah 4 bungkus dalam seminggu. Satu bungkus rokok harganya Rp 10.000,. Selama sebulan berarti 4 bungkus x Rp 10.000,- x 4 minggu = Rp 160.000,-2. Kurangi jalan-jalan yang tidak perlu,seperti ngabuburit di sore hari. Apalagi zaman sekarang anak muda bahkan anak-anak kecil lebih banyak menghabiskan waktu yang tidak perludi jalan raya seperti kebut-kebutan dan muterin jalan raya.Kalau saya pribadi, saya akan mencoba beralih ke BBM non subsidi,meskipun sering juga saya membeli BBM non subsidi. Secara kalau untuk mesin, BBM non subsidi lebih bagus ketimbang BBM bersubsidi. Sangat berpengaruh terhadap kerja mesin dan jalannya kendaraan. Tergantung keadaan sebenarnya. Awal bulan pakai BBM non subsidi, menjelang pertengahan bulan sampai akhir bulan pakai BBM bersubsidi. Memang kelihatannya terasa berat. Tapi, coba bayangkan, padahal hanya selisih berapa ribu saja. Toh, kalau dipikir-pikir, malu sendiri. Motor keren tapi pakainya BBM bersubsidi. Malu dengan apa yang dimiliki sekarang. Beli gadget saja boleh yang mahal, tapi giliran ada kenaikan BBM atau penghapusan subsidi BBM saja sudah teriak lebay.Budayakan hidup malu pada diri kita sendiri. Jangan manja. Introspeksi yang lebih penting. Itu saja celotehan saya di siang ini. Lalu, bagaimana dengan imbas dari penghapusan BBMbersubsidi terhadap harga kebutuhanpokok? Nanti saya bahas lagi kalau sempat. Mari kita lanjut bekerja supaya dapur tetap ngebul dan asap terus ngepul!Gambar nyomot di



Artikel Terkait:

0 komentar: