Enam Pilar Utama Da'wah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Pertama : Mengikhlaskan agama (niat) ibadah kepada Allaah Subhanahu wa Ta'ala.
Dari 'Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ta'ala 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang akan memperoleh (pahala dari Allaah) sesuai dengan apa yang
diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya karena Allaah dan
Rasul-Nya, maka (pahala) hijrahnya (dinilai) karena Allaah dan
Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk kepentingan
harta dunia yang hendak dicapainya atau karena seorang wanita yang
hendak dinikahinya, maka hijrahnya menurut apa yang ia hijrah
kepadanya."
(Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 1, 54, 2529, Fat-hul
Baari, I/9, 135, Muslim, no. 1907, Ahmad, I/25, 43, Abu Dawud, no. 2201,
at-Tirmidzi, no. 1647, an-Nasaa-i, I/58 - 60, VI/158 - 159, VII/13,
Ibnu Majah, no. 4227, Ibnul Jarud, no. 64, al-Baihaqi, IV/235,
ad-Daraquthni, I/136, Ibnu Khuzaimah, I/232, no. 455, dan Ibnu Hibbaan,
no. 389)
Kedua : Jalan menuju Allaah 'Azza wa Jalla hanya satu
yaitu jalannya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para
Shahabat radhiyallaahu ta'ala 'anhum ajma'iin.
'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu ta'ala 'anhu berkata,
"Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda,
'Ini jalan Allaah yang lurus.'
Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda,
'Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari
jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru
kepadanya.'
Selanjutnya beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allaah Subhanahu wa Ta'ala :
"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu
ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan memcerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.'"
(QS. Al-An'aam [6] : 153)
[Shahiih, HR. Ahmad, I/435, 465, ad-Darimi, I/67 - 68, al-Hakim,
II/318, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 97, As-Sunnah libni Abi
'Ashim, no. 17, dan Tafsiir An-Nasaa-i, no. 194]
Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallaahu ta'ala 'anhuma, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya ummat-ummat sebelum kalian dari kalangan
ahlul kita (ummat Yahudi dan Nasrani telah berpecah-belah menjadi 72
(tujuh puluh dua) golongan. Sesungguhnya ummat Islam akan berpecah-belah
menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan
tempatnya di dalam Neraka dan hanya 1 (satu) golongan di dalam Surga
yaitu yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya."
(Shahiih, HR. Ahmad, IV/102, Abu Dawud, no. 4597, At-Tirmidzi, no. 2641, dan al-Hakim, I/129, Shahiihul Jaami', no. 5343)
Ketiga : Mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.
Keempat : Menggapai kemuliaan dengan 'ilmu.
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallaahu ta'ala 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Keutamaan ilmu lebih baik daripada keutamaan ibadah, dan agama kalian yang paling baik adalah al-wara' (ketakwaan)."
(Shahiih, HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Ausath, no. 3972,
al-Bazzar, dan Ibnu 'Abdil Barr dalam Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi,
I/106, no. 96, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib, no. 68)
Kelima : Membantah orang yang menyelisihi al-haq adalah bagian dari amar ma'ruf dan nahi munkar.
Allaah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali 'Imraan [3] : 104)
Dari Abu Sa'id al-Khudriy radhiyallaahu ta'ala 'anhu, ia berkata,
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia
mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jika ia tidak mampu maka
dengan lisannya (menasihatinya), dan jika ia tidak mampu juga, maka
dengan hatinya (ingkari perbuatan tersebut dengan merasa tidak senang
dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemahnya iman."
(Shahiih, HR. Muslim, no. 49, Ahmad, III/10, 20, 49, 52 - 53, 54, Abu
Dawud, no. 1140, 4340, an-Nasaa-i, VIII/111 - 112, no. 5008,
at-Tirmidzi, no. 2172, Ibnu Majah, no. 1275, 4013, 'Abdurrazaq dalam al-
Mushannaf, no. 5649, Abu 'Awanah, I/35, Ibnu Hibbaan, no. 306, 307, Abu
Ya'la, no. 1005, 1198, al-Baihaqi dalam Sunannya, III/296 - 297, dan
dalam Syu'abul Iiman, no. 7153, ath-Thayaalisi dalam Musnadnya, no.
2310, Ibnu Mandah dalam al-Iimaan, no. 178 - 182, dan Abu Nu'aim dalam
Hilyatul Auliyaa', VII/304, no. 10611, X/27, no. 14387)
Keenam :
Tashfiyah wat Tarbiyah, yaitu melakukan pemurnian ajaran Islam dari
segala kotoran yang menyimpang berupa syirik, bid'ah dan khurafat serta
mendidik kaum muslimin untuk kembali kepada pemahaman Salaf, Ahlus
Sunnah wal Jama'ah.
Artikel Terkait:
Motivasi
Umum
- Tips Mengatasi Depresi
- Kode Pos Kecamatan Ciampea
- Kode Pos Kecamatan Cariu
- Kode Post Kecamatan Caringin
- Kode Pos Keamatan Bojong Gede
- PANDANGAN ISLAM DALAM BERPOLITIK
- Info Beasiswa Universitas Bunda Mulia (UBM) Jakarta, Info Besasiswa Jalur Prestasi Bunda Mulia Jakarta 2013-2014
- Hadits Dha'if Tentang Syafaat dari Hewan Kurban di Hari Kiamat
- Mengukir Kenangan Indah
0 komentar:
Posting Komentar