A.
Pangan dan Kebutuhan Manusia
1.
Pangan
Pangan adalah
segala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. ( UU RI
No. 7/1996 tentang pangan)
Ketika melakukan aktivitas
manusia pasti memerlukan energi, dan energi tersebut diperoleh dari makanan berupa
nasi, lauk, sayuran dan minuman. Berdaskan Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan
manusia tidaklah sama, tetapi berdasarkan perhitungan rata-rata AKG manusia
adalah 2000 kilo kalori (kkal) setiap hari.
Fungsi pangan yang
utama bagi manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi tubuh, sesuai
dengan jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan bobot tubuh. Fungsi pangan
yang demikian dikenal dengan istilah fungsi primer (primary function) yaitu
memiliki kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh setiap manusia agar Membentuk
energi yang diperlukan oleh tubuh.
Selain memiliki fungsi
primer, bahan pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder (secondary
function), yaitu memiliki penampakan dan cita rasa yang baik. Karena tingginya
kandungan gizi suatu bahan pangan akan ditolak oleh konsumen bila penampakan
dan cita rasanya tidak menarik dan memenuhi selera konsumennya. Itulah sebabnya
kemasan dan cita rasa menjadi faktor penting dalam menentukan apakah suatu
bahan pangan akan diterima atau tidak oleh masyarakat konsumen.
Semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen
terhadap bahan pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak
diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta
penampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi
fisiologis tertentu bagi tubuh.
Fungsi yang demikian dikenal sebagai fungsi tertier (tertiary function). Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di dalam tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan penyerapan kalsium, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat kemakmuran dan kesadaran seseorang terhadap kesehatan, maka tuntutan terhadap ketiga fungsi bahan pangan tersebut akan semakin tinggi pula.
Fungsi yang demikian dikenal sebagai fungsi tertier (tertiary function). Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di dalam tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan penyerapan kalsium, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat kemakmuran dan kesadaran seseorang terhadap kesehatan, maka tuntutan terhadap ketiga fungsi bahan pangan tersebut akan semakin tinggi pula.
2.
Gizi
& Zat Gizi
a.
Gizi
Gizi merupakan zat atau senyawa yang terdapat
dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Gizi
menunjuk pada proses-proses dimana benda-benda hidup mencerna dan mengasimilasi
pangan. Pertumbuhan yang baik, pemeliharaan dan fungsi tubuh tergantung pada
pemilihan, jumlah dan kombinasi bahan-bahan pangan. Bahan kimia yang dibutuhkan
manusia mencakup bahan anorganik (air dan unsur mineral tertentu) dan bahan
organik (asam amino, asam lemak,vitamin yang merupakan faktor penyerta.
Kekurangan salah satu zat gizi esensial tertentu dapat menyebabkan gejala
fisiologis tertentu; pada anak-anak dapat berupa pertumbuhan yang kurang.
b.
Zat gizi
Karbohidrat
Karbohidrat
adalah senyawa yang tersusun atas unsur C, H, O. Karbohidrat merupakan bagian
terbesar dari tanaman. Gula merupakan karbohidrat tunggal yang membentuk bahan
lebih kompleks apabila tergabung secara berantai. Sukrosa yaitu gula dalam
pengertian sehari-hari (glukosa dan fruktosa). Berdasarkan ketercernaannya,
pangan karbohidrat digolongkana kedalam komponen serat klasar dan ekstrak bebas
N.
Beerdasarkan
kecernaannya, karbohidrat umumnya digolongkan ke dalam dua komponen : serat
kasar (crude fiber) dan ekstrak bebas-N, yang terutama adalah gula dan pati.
Lemak
Lemak
adalah ester dari asam organik berantai panjang dan alkohol. Lemak berisi H, C,
O. Tetapi kandungan O sangat sedikit. Lemak tidak larut dalam air, dan perlu
dicerna agar dapat digunakan dalam tubuh. Pencernaan memisahkan lemak dengan
gliserolnya. Lemak tidak larut dalam air, dan perlu dicerna agar dapat
digunakan tubuh.
Protein
merupakan
bahan pokok dari kehidupan, merupakan bahan yang berlimpah dalam tubuh manusia.
Protein merupakan molekul kompleks yang tersusun dari asam-asam amino dengan
bermacam-macam kombinasi. Asam amino, satuan dasar dari protein disintesis
dalam tanaman dari fragmen karbohidrat dan unsur N dari ion ammonium (NH4).
Kekurangan protein pada masa kanak-kanak dapat
menimbulkan sindrom
defisiensi (kekurangan) yang dicirikan oleh penghambatan pertumbuhan. Protein
disebut bermutu tinggi bila mensuplai keseimbangan asam asam amino esensial
secara baik, dan keseimbangan ini diperlukan dalam waktu bersamaan.
Vitamin
Vitamin-vitamin digolonkan atas yang larut
dalam lemak (A,D,E dan K) da yang larut dalam air (B komplek dan C), dan sering
dipertelakan dalam istilah-istilah ebagai akibat bila kekurangan. Misalnya;
kekurangan vitamin C berakibat pada gugurnya gigi dan pecah serta meradangnya
jaringan mulut, sindrom ini disebut “scurvy”.
Ketidakberesan gigi karena kekurangan vitamin
sering merupakan akibat ketidaktahuan ataupun keadaan ekonomi. Misalnya:
kekurangan vitamin A sering didapati di daerah tropic, walaupun disana dengan
mudah tersedia tanaman makanan local yang dapat digunakan, seperti daun-daunan
hijau, tapi tidaklah dimanfaatkan karena pilihan bahan makanan. Keadaan
kekurangan vitamin A dapat lebih tegas terlihat bila terdapat banyak makanan
dan malah berkurang dalam keadaan kurangan pangan yang dasyat bila orang-orang
terpaksa memakan bahan makanan apa pun yang kurang disukai, tapi sesungguhnya
banyak mengandung vitamin A.
Mineral
Sembilan puluh enam persen berat badan manusia
terbentuk dari 4 unsur: O, C ,H dan N, sisanya terdiri dari unsure-unsur
esensial, yang dapat digolongkan pada unsur makro (Ca, P, K, S, Na, Cl, dan Mg)
dan unsure-unsur mikro atau jarang (Fe, Mn, Cu, I dan mungkin ada yang lain
lagi). Yang terbanyak dibutuhkan adalah Ca dan P (70 persen dari berat abu)
terutama untuk anak-anak. Definisi unsure mikro jarang terjadi, yang sering
terjadi hanya pada Iod, yang berakibat pada penyakit gondok.
3.
Kebutuhan Pangan Bagi Manusia
Pangan
harus dapat mensuplai bahan bakar yang digunakan untuk tubuh. Kebutuhan
energinya tergantung pada kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan tugas
kerja yang dilakukan. Energi kimia potensial dalam pangan yang dinyatakan dalam kalori, diperoleh dengan membakarnya
dan mengukur panas yang dikeluarkan.
Untuk
sejumlah pangan, kalori yang dapat digunkan tubuh tidak sebanyak yang
ditunjukkan oleh Kalorimeter, karena sebagian pangan tidak tercerna sbagian
mungkin disimpan dalam tubuh, dan beberapa komponen (terutama protein) tidaklah
dioksidasi secara sempurna dalam tubuh.
Zat Gizi
|
Kilo kalori/gram
|
Kilo kalori yang dipakai tubuh
|
Karbohidrat
|
4,1
|
4
|
Lemak
|
9,5
|
9
|
Protein
|
9,7
|
4
|
Lemak
dan karbohidrat dalam tubuh dimetabolismekan menjadi karbondioksida, air dan
panas. Akan tetapi, protein meninggalkan sisa (sebagai urea) yang dibuang lewat kencing.
Basal
metabolisme menunjuk pada jumlah energi yang dugunakan (selama
terbangun dan istirahat) untuk semua proses vital dilingkungan yang seragam.
Walaupun basalmetabolisme berbeda
menurut ukuran dan kelamin. Besarnya cenderung sama dengan orang yang berukuran
sama, berbeda hanya 5 -10 %. Setiap perubahan yang ekstrem pada basal
metabolisme secara patologi, eperti kelenjar thyroid yang
sangat aktif dan kurang aktif.
Kebutuhan
energi yang dibutuhkan untuk “basal metabolisme” tergantung pada kegiatan
otot memerlukanenergi,
tubuh harus membuang panas yang timbul oleh pembakaran pangan. Di bawah suhu
yang nyaman (21oC) kira-kira tiga perempat panas yang ditimbulkan
dihilanhkan dengan radiasi dan konduksi dan seperempatnya dengan penguapan dan pengeluaran
keringat. Peda cuaca panas lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk bekerja
yang sama, karena semua panas harus dihilangkan dengan keringat.
Dari
pandangan ilmu Gizi, komponen pemenuhan energi dari protein, vitamin,
karbohidrat dan mineral. Perbedaan susunan menunjukkan cara kebutuhan tersebut
dipenuhi. Akhirnya kunci yang memegang peranan penting dalam suplai pangan adalah
ketersediaan tanah per jiwa dan teknologi.
Kebutuhan
energi telah dipenuhi oleh penemua pertanian. Tanama-tanaman tertentu mampu menghasilkan output kalori tiap
hektar sangat tinggi, dalam bentuk yang dapat dimakan termasuk serealia
(gandum, padi, jagung), kentang, singkong, tebu. Kebutuhan protein dapat
ditemukan dengan banyak jalan. Secara ekonomi, semakin jauh keberadaan manusia dari tanaman maka makin
mahal pangan.
Penggunaan
protein asal hewani sangat menarik, ada dasar biologi yang kokoh untuk hal ini
karena protein hewani adalah lengkap. Artinya protein hewan mengandung seluruh
delapan atau sembilan asam amino dalam jumlah yang mendekati kebutuhan kita.
Mutu bagus dari daging yang sangat berfaedah juga mencakup kandungan vitamin
dan mineralnya. Ini tercermin dari pilihan orang terhadap daging, terutama
dalam kombinasinya dengan lemak. Dalam kombinasi ini, protein dan energi
dilengkapi bersama. Akan tetapi, protein hewani sangatlah mahal, bila
diperhitungkan dalam efisiensi perubahan energi.
Akibat
kekurangan pangan
Akibat kekurangan pangan dapat menimbulkan masalah
penting :
Kesehatan
rendah
Tingkat
kesehatan rendah
Rentan
terhadap serangan penyakit
Menurunkan
kerja otak
Kematian
Keurangan pangan di
indinesia muncul dalam bentuk :
Kekuranagan
kalori protein
Kekurangan
vitamin A
Gondok
endemik dan kretinin
Anemia
gizi
Kebijakan
pemerintah indonesia dalam penyediaan pangan
- Program BIMAS, INMAS, INSUS, kemudian SUPRA INSUS.
- Peningkatan nilai gizi konsumsi pangan melalui program
perbaikan menu makanan rakyat (PMMR) serta penganekaragaman bahan
makanan yang bergizi. (UU RI No.7 th.1996 tentang pangan)
- Penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan
sistem produksi pangan yang berbasis sumber daya, kelembagaan dan budaya
lokal, mengambangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan
teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana pangan,
mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif (PP No.68 tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan)
B. Proses Penyimpanan dan Proses
Pangan
1. Proses
Persiapan Penyimpanan
Pada
proses produksi yang perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan makanan adalah
proses persiapan, pada proses persiapan merupakan tahap awal atau titik awal
dari proses untuk mendapatkan makanan jadi, untuk itu pada tahap ini perlu
sekali dilakukan pengamanan bahan makanan.Pengamanan makanan meliputi
pengamanan untuk mempertahankan zat gizi pada makanan dan pengamanan makanan
terhadap bahaya patogen, menurut Karen Eich Drummond, 1996 ada beberapa tips untuk
mempertahankan zat gizi pada makanan yaitu :
Ø Pilihlah bahan makanan yang segar dengan kwalitas yang
bagus.
Ø Untuk sayuran dan buah pilihlah yang bermutu dilihat dari
warna, ukuran dan tekstur.
Ø Simpan buah dan sayur pada almari pendingin ( kecuali
pisang hijau, kentang, dan jamur) untuk menghambat enzym yang bisa membuat buah
dan sayuran kehilangan zat gizi. Enzym sangat aktif pada suhu yang hangat.
Ø Jangan menyimpan bahan makanan terlalu lama karena
menyebabakan kehilangan zat gizi. Simpan makanan kaleng pada suhu rendah.
Ø Ketika menyimpan makanan tutup rapat untuk menurunkan kontak
langsung dengan udara.
Ø Cuci sayuran secara cepat dan jangan merendam sayur dalam
air.
Ø Saat memasak kentang atau syuran jangan kupas kulitnya
karena sebagian zat gizi akan hilang ketika pengupasan dan pemotongan sayuran.
Pada umumnya sebelum memasak adalah cara pengolahan yang bagus untuk
mempertahankan zat gizi. Metoda ini cepat dan menggunakan sedikit air atau
bahkan tidak menggunakan air sama sekali, pada waktu perebusan sayuran dengan
menggunakan air yang banyak dan waktu yang lama akan banyak menghilangkan
kandungan zat gizinya.
Ø Suhu penggorengan bisa merusak vitamin pada sayuran.
Ø Jangan pernah menggunakan baking soda untuk memperbaiki
rupa sayuran karena membuat zat gizi pada sayuran hilang.
Ø Gunakan kaldu sayuran dan daging untuk pembuatan sop.
Ø Persiapan makanan dengan serba tertutup sampai penyajian.
Ø Jangan memakai gelas tanpa corak karena cahaya bisa
merusak ribovlafin yang terkandung didalamnya. Faktor yang bisa merusak vitamin
dan sering merusak warna, aroma dan tekstur makanan.
Ø Kupas kulit pada buah-buahan seminim mungkin karena jika
seluruh kulit dikupas banyak vitamin dan mineral yang hilang bersama kulit
buah, karena vitamin dan mineral banyak tersimpan dibawah kulit buah-buahan.
Ø Mengukus cara pengolahan yang bagus untuk memperhatikan
zat gizi. Metode ini cepat dan menggunakan sedikit air atau bahkan tidak
menggunakan air sama sekali, pada perebusan sayuran dengan menggunakan air
banyak dan waktu yang lama akan banyak menghilangkan kandungan zat gizinya.
2. Proses
Pengolahan Untuk Penyimpanan
Pada proses pengolahan hal yang penting
yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang adalah
penjamah makanan, cara pengolahan makanan, dan tempat pengolahan makanan. Penyimpanan
Makanan Jadi Setelah proses pengolahan selesai sebelum makanan siap dikonsumsi
maka disimpan pada tempat tersendiri untuk menghindari terjadinya pencemaran.
Menurut Kep Menkes No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi penyimpanan makanan
terolah adalah:
a.
Penyimpanan makanan
terolah sebaiknya tertutup dan disimpan pada suhu ±10ºC.
b.
Penyimpanan makanan
jadi:
ü
Terlindung dari
debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan.
ü
Makanan cepat busuk
disimpan dalam suhu panas 65,5ºC atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin
4ºC. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)
disimpan dalam suhu -5ºC sampai -1ºC.
3. Penyimpanan
Makanan
Kwalitas makanan yang telah diolah sangat
dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan perkembangan bakteri pathogen (pembusukan) pada suhu yang
sesuai dengan kondisinya. Namun demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut
masih pula ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai dengan kata lain jenis
makan yang cocok sebagai media pertumbuhanny. Oleh karena itu mutlak diperlukan
suatu metode penyimpanan makanan yang harus mempertimbangkan kesesuaian antara
suhu penyimpanan dengan jenis makanan yang akan disimpan. Prinsip dari tehnik
penyimpanan makanan terutama ditujukan kepada:
·
Mencegah pertumbuhan
dan perkembangan bakteri latent.
·
Mengawetkan makanan
dan mengurangi pembusukan.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah:
§
Makanan yang
disimpan diberi tutup terutama makanan kaleng, yang telah dibuka atau hasil
olahan dari dapur (cooking food).
§
Lantai/meja yang
digunakan untuk menyimpan makanan sebelumnya harus dibersihkan.
§
Makanan tidak boleh
disimpan dekat dengan saluran air limbah (selokan).
§
Makanan yang
disajikan sebelum diolah (timun, tomat) harus dicuci dengan air hangat lebih
dahulu.
§
Makanan yang dipak
dengan karton jangan disimpan dekat air atau tempat yang basah.
Penyimpanan Dingin (Refrigerated Storage)
Dalam pendinginan makanan, kemungkinan pertambahan bakteri tidak terjadi.
Makanan yang dingin harus disimpan pada alat pendingin pada suhu 0ºF (-17,8°C)
Pada suhu antara 0-7,2ºC kadang-kadang bakteri pembusukan bakteri psikopilik dapat bertambah. Meskipun bakteri-bakteri tersebut tidak pathogen namun dapat mengurangi kualitas. Bakteri yang patogen dapat tahan pada tempat penyimpanan dingin.
Pada suhu antara 0-7,2ºC kadang-kadang bakteri pembusukan bakteri psikopilik dapat bertambah. Meskipun bakteri-bakteri tersebut tidak pathogen namun dapat mengurangi kualitas. Bakteri yang patogen dapat tahan pada tempat penyimpanan dingin.
C. Permasalahan Pangan Di Indonesia
Urusan makan memang
bukan sekedar masalah perut. Meskipun ada yang mengatakan makan bukan untuk sekedar
hidup tetapi urusan makanan tetap tak dapat dipandang sebelah mata.
Tengok saja bencana
kelaparan di negeri kita seolah menguatkan ungkapan: ayam yang mati di lumbung
padi. Situasi ironis yang membuat miris. Apalagi kalau menengok di daerah timur
Indonesia seperti di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tengaara Barat masyarakat
kita ini mengalami kekurangan pangan karena lahan yang kurang bagus untuk
bercocok tanam.
Masalah pelik yang
dihadapi negara yang sedang mengalami transisi dari negara agraris menuju
negara industrial ini adalah lahan yang kian hari kian menurun karena
meningaktnya jumlah penduduk yang tidak di imbangi dengan laju produksi
pertanian yang ada. Jumlah penduduk yang terus membludak juga menambah panjang
daftar masalah pangan di Indonesia. Dan isu pemanasan global yang semakin kita
rasakan juga sangat berpengaruh terhadap masalah pangan di Indonesia yang juga
memiliki lahan hutan yang cukup luas.
1. Lahan
Kekurangan lahan
pertanian bukanlah cerita baru di Indonesia, makin membludaknya populasi
manusia yang susah terkendali membuat indonesia menjadi daerah yang rawan akan kekurangan pangan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh tim dari dinas pertanian daerah indonesia bagian
timur merupakan daerah yang paling rawan mengalami kekurangan pangan karena
memiliki lahan yang kurang bagus untuk pengolahan lahan pertanian. Apalagi
apabila sesudah memasuki musim kering, tidak dapat di\pungkiri salah satu
daerah indonesia itu akan mengalami kekurangan makanan.
Berdasarkan data yang
diperoleh luas lahan pertanian selama empat tahun terahir mengalami kekurangan
yang cukup segnifikan terutama pada lahan persawahan. Tren masyarakat pertanian
yang sedang mengalami perubahan dari menggarap sawah beralih untuk menggarap
perkebunan yang menurut pemikiran meraka lebih menguntungkan dari pada mengarap
sawah.
Tabel penurunan luas
lahan pertanian di indonesia dalam satuan hektar :
No
|
Jenis Lahan
|
Tahun
|
||
2009
|
2010
|
2011
|
||
1
|
Sawah
|
8.484.687
|
8.346.008
|
8.290.044
|
2
|
Pekarangan
|
5.155.422
|
4.712.375
|
4.311.122
|
3
|
Tegal / Kebun
|
8.244.882
|
8.887.100
|
9.876.132
|
4
|
Ladang
|
3.123.625
|
3.000.342
|
2.898.213
|
5
|
Rawa-rawa
|
3.883.019
|
3.234.087
|
3.234.987
|
6
|
Lahan kosong
|
9.967.938
|
9.876.765
|
7.567.122
|
7
|
Perkebunan Negara
|
13.835.746
|
13.921.785
|
14.001.234
|
|
Total
|
35.091.381
|
34.456.678
|
23.231.555
|
Dari tabel diatas bisa
kita lihat bahwa penurunan terjadi di semua lahan yang di iringi juga laporan
peningkatan jumlah populasi manusia di indonesia.
2. Kekeringan
Masih tradisionalnya
pertanian di indonesia yang hanya memanfaatkan alam untuk bertani juga
berpengaruh dalam masalah pangan di indonesia. Apabila mau merombak sistem
irigasi pertanian yang sudah ada juga akan mengeluarjan biaya yang sangat
banyak, namun biaya yang banyak itu juga akan terbayar apabila program
pembuatan irigasi berjalan sesuai dengan rencana.
3. Penyelesain
masalah di Indonesia
Mengatasi
masalah pangan ini tidak harus merubah program-program yang telah ada. Dengan
adanya pengoptimalan program dipandang lebih bijak dari pada menghabiskan
banyak uang untuk program baru. Perlu ditinjau lagi siapakah yang menjadi objek
masalah pangan yang akan dilakukan, karena permasalahan yang berbeda pasti
sasaran intervensinya berbeda pula sehingga lebih meningkatkan keefektivan.
Permasalahan
pangan Indonesia tentu dapat diselesaikan dengan pengorganisasian kebijakan
pemerintah pusat dan daerah yang baik. Untuk mencapai status perbaikan pangan
nasional peran pemerintah saja tidak cukup, karena proses pengawasan dan
pendanaan yang setingkat nasional tidaklah mudah. Disini peran daerah
diperlukan untuk dapat melaksanakan maupun menginovasikan program pangan.
Selama ini program tingkat nasional belum memberikan hasil yang baik
dibandingkan program nasional di era orde baru seperti posyandu, KB, imunisasi,
karena dipandang kebutuhan dan permasalahan di daerah berbeda-beda. Pemerintah
daerah yang dianggap lebih memahami permasalahan daerahnya dituntut akan
inovasinya serta jalinan hubungan kemitraan dengan swasta.
Kebijakan
lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan ketersediaan pangan adalah
diversifikasi dan alternatif pangan. Ketersediaan pangan dibutuhkan apabila
ingin status gizi masyarakat lebih baik. Kebijakan mono kultur beras adalah
jalan yang tidak tepat untuk mengatasi kekurangan pangan (gizi) di negara kita.
Walaupun teknologi perberasan Indonesi sudah yang paling produktif dan
terefisien di Asia Tenggara. Produksi pangan pada tahun 2006, beras 31 juta
ton, singkong 19 juta ton, ubi jalar 1,2 juta ton, jagung 12 juta ton, cukup
untuk kebutuhan pangan warga Indonesia. Namun karena 62 % penduduk sekarang
bergantung hanya pada padi-padian, sehingga menjadi kekurangan pangan.
Diversifikasi dan alternafiv pangan dapat mengembangkan gandum, jagung, ubi
serta umbi-umbian yang setara beras untuk dapat dimanfaatkan mengingat suplai
kita telah ada. Diversifikasi ini juga dapat meringankan penduduk yang miskin.
0 komentar:
Posting Komentar